Minggu, 05 Mei 2013

Tekhnologi Untuk Budaya Indonesiaku




Dewasa ini budaya yang berkembang di Indonesia, khususnya di pulau Jawa semakin hari semakin mengenaskan, karena budaya – budaya tersebut berada di ambang kepunahan. Ya ternyata tak hanya flora dan fauna saja yang bisa punah, karena tak terawat dengan baik, budaya juga bisa punah jika tak di rawat. Sebetulnya budaya yang ada di Indonesia memiliki nilai seni yang tak terhingga, banyak negara lain yang mengagumi budaya Indonesia, bahkan sampai kagumnya mereka mengklaim kebudayaan asli Indonesia sebagai miliknya, seperti Reog Ponorogo baru – baru ini. Namun sayangnya banyak warga Indonesia yang tak menyadari potensi budaya yang dimiliki bangsa ini, dan ironisnya baru tersadar bila budaya tersebut hendak diakui oleh negara lain.
Terutama di daerah Jawa timur, yang memiliki kebudayaan yang beragam, , contohnya Besutan, Ludruk, Tari Remo, dan sebagainya. Namun yang menyedihkan, hanya orang – orang tua yang sudah sepuh  dan kebanyakan pernah hidup di masa penjajahan saja yang menyukai dan mengenal kebudayaan ini. Memang ada beberapa anak muda yang menyukainya, tetapi perbandingan antara orang tua dan anak muda yang menyukai kebudayaan tersebut sangat jauh, mungkin hanya 100 : 1, para kaum muda kebanyakan lebih memilih ‘nongkrong’ di Cafe, Mall, bahkan dipinggir jalan, karena banyak yang berpikir hal itu lebih keren, daripada duduk anteng didepan panggung sambil menyaksikan pertunjukan ludruk atau kesenian daerah yang lain, bahkan menganggap budaya tersebut kuno, ketinggalan jaman, gak gaul dan sebagainya lagi, karena sudah terpengaruh oleh budaya asing yang kini menyerbu masyarakat Indonesia, khususnya pada kaum muda. Hal – hal semacam itulah yang akhirnya akan menjadi penyebab musnahnya kebudayaan Indonesia.
Perkembangan tekhnologi yang semakin maju, sebenarnya bisa mencegah punahnya budaya negeri ini, seperti situs YouTube yang sangat mendunia, yang bisa ditonton oleh semua orang di bumi ini, situs ini akan sangat bermanfaat bila kaum muda Indonesia mau memanfaatkannya dengan baik sebagai sarana mengenalkan budaya Indonesia milik kita pada negara yang lain. Dengan mengupload video tentang budaya negeri, seperti pementasan Besutan, Ludruk, Remo, pewayangan, batik dan sebagainya ke dalam YouTube, men - share dalam facebook, bahkan twitter yang sekarang semakin populer, sehingga akan semakin banyak anak muda pengguna jejaring sosial tersebut yang akan melihat hasil upload atau postingan budaya tersebut jadi kaum muda yang belum mengenal budaya yang ada di Indonesia bisa mengenalnya dengan baik, dan (semoga) akhirnya mereka mau menanamkan dalam diri mereka rasa cinta terhadap budaya negeri ini, sesuai dengan pepatah “tak kenal maka tak sayang”. Dan juga sarana seperti Blog, website juga dapat mendukung kampanye pengenalan kebudayaan Indonesia pada kaum muda, karena pengguna internet kebanyakan adalah anak – anak muda. Jadi tak ada yang bisa mengatakan bahwa menyaksikan pertunjukan ludruk, tari remo, besutan dan sebagainya adalah kegiatan kuno yang ketinggalan jaman, karena kita menggunakan tekhnologi yang canggih untuk menyaksikannya.
Jadi tekhnologi yang ada bisa menjadi sebuah sarana untuk mengenalkan budaya Indonesia pada para penerus bangsa Indonesia tercinta ini. Sehingga para penerus bangsa tak hanya mempertahankan wilayah bangsa Indonesia saja, tetapi juga budaya dan tradisi yang telah berkembang di setiap daerah di seluruh plosok tanah air ini. Agar tak ada lagi kasus peng – klaiman budaya kita oleh negara lain, dan agar budaya dan tradisi Indonesia tak lagi terancam punah. Itulah manfaat Tekhnologi Untuk Budayaku.

Sabtu, 04 Mei 2013

Kentrung, Kesenian Sastra Lisan





Kentrung merupakan kesenian tradisional sastra lisan yang mewujudkan sarana komunikasi rakyat melalui simbol-simbol yang di­gambarkan lewat penokohan dan kehidupan masyarakat. Selain itu, juga tentang po­litik, ekonomi, idiologi, sosi­al, budaya dan keamanan, dan sebagainya.
Kentrung, merupakan sastra lisan atau teater lisan yang diwariskan dalam bentuk lisan di lingku­ngan masyarakat Jawa. Pertunjuk­an Kentrung dimainkan oleh seorang dalang dan panjak yang mendongeng tanpa menggu­nakan wayang. Musik yang mengiringi kendang dan tamburin serta instrumen lain, se­perti jidor, terbang, templeng dan gong. Kentrung lahir pada masa kemerdekaan Indone­sia, dan dalam masanya merupa­kan seni yang mendidik de­ngan menggunakan cerita. Seni tutur yang sering tampil “lesehan” tersebut digunakan sebagai media penyambung lingkar sejarah rakyat khu­susnya Islam yang berkem­bang di pulau Jawa. Kesederhanaan tampilan kentrung dengan menggunakan baha­sa Indonesia dan dialek da­erah yang mudah dimengerti sehingga ceritanya mudah di­terima masyarakat, khusus­nya masyarakat menengah ke bawah.
Pengertian kata kentrung dibedakan menjadi dua, yak­ni berdasarkan penyingkatan dua kata dan bunyi yang di­keluarkan oleh instrumen. Ada yang mengatakan bah­wa perkataan Kentrung bera­sal dari kata Ngre’ken ( meng­hitung ) dan Ngantung ( ber­angan-angan ). Maksudnya adalah mengatur jalannya dengan berangan-angan. Dan ada juga yang mengatakan berasal dari kata Kluntrang-Kluntrung yang artinya pergi dan me­ngembara kesana kemari. Dari dua pengertian yang lebih mendekati cocok ada­lah pengertian didasarkan bunyi instrumen musik ken­trung yang berwujud rebana yang berbunyi trung. Mengenai pengertian ken­trung bisa bermacam-ma­cam tergantung dari penafsi­ran dalangnya. Kentrung pada zaman du­lu pemainnya hanya duduk mendengarkan Ki dalang bercerita dan terkadang pe­main lainnya nembang, pa­rikan dan berpantun. Dalam perkembangannya kini pemain kentrung sudah bisa berek­spresi memerankan tokoh seperti pemain ludruk dan kesenian ketoprak.

Kentrung saat ini banyak dijumpai di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur khususnya di daerah pesisir timur selatan. Se­lain itu, juga terdapat di pusat daerah, misalnya Suraba­ya, Jember, Pasuruan, Bojo­negoro, Lamongan, Nganjuk dan Jombang. Kentrung sering dimanfa­atkan masyarakat dalam ha­jatan dan pesta sebagai hiburan. Misalnya khitanan, perkawinan, tingkepan, boyongan rumah, ulang tahun istansi. Tetapi dalam perkembangannya kentrung bisa untuk dialok interaktif dalam seminar di perguruan tinggi dan sekolah - sekolah tertentu. Kentrung juga sering di­gunakan acara yang bernu­ansa religius dengan cerita tentang Nabi Muhammad, Nabi Musa, dan Nabi Yusuf, zaman Walisongo dan Ma­taram Islam (Babad Tanah Jawa) dan sebagainya. Kisah lainnya tentang Syeh Subakir, Ahmad Muhamad, Kiai Dullah, Amir Ma­gang, Sabar-subur, Marmaya Marmadi Ngentrung, Ajisoko dan cerita panji.


Kentrung mempunyai be­berapa unsur yang ada di setiap pertunjukan, yaitu :

1.      Dalang, adalah pemba­wa cerita yang sekaligus menjadi pengatur jalan ce­rita. Dalang Kentrung hampir sama dengan dalang wa­yang, kesamaan tersebut dalam hal mengubah karak­ter suara sesuai dengan la­kon yang sedang berdialog. 
2.      Cerita, merupakan un­sur kedua dalam pertunjukan kentrung. Cerita yang biasa diangkat oleh dalang adalah cerita kerajaan, legenda, Wali, Nabi, dsb. 
3.      Instrumen pengiring merupakan hal yang penting dalam membawakan sebuah cerita, karena dengan Instru­men masyarakat tertarik mendengarkan cerita.

Instrumen - instrumen po­kok di dalam setiap pertunjukan Ken­trung, antara lain :

1.      Kendhang Kentrung, adalah sebuah alat yang ber­fungsi sebagai pamurba ( pengendali ) ira­ma dan sebagai variasi lagu atau dengan kata lain bertu­gas mengatur irama dan ja­lannya sajian. Kendhang se­cara ukuran berbeda dengan kendhang Jawa, kendhang Kentrung biasanya berukur­an lebih panjang, Seringkali Dalang berperan ganda de­ngan memainkan kendhang. 
2.      Rebana (frome drum), alat pe­mukul yang lahir dari Jawa Te­ngah ini dari kayu berbentuk bulat dan dibalut dengan kulit kambing, dam berfungsi sebagai variasi instrumen lagu. 
3.      Bonang, tidak semua dalang kentrung mengguna­kannya, alat yang dibuat dari perunggu / kuningan/ besi ini me­rupakan salah satu pelengkap alat instrumen gamelan Jawa. Fungsi aslinya adalah pamur­ba lagu ( pembuka jalannya lagu ) pada beberapa gendhing, bonang digunakan se­bagai penghias lagu dalam pertunjukan Kentrung. 
4.      Panjak, adalah penabuh instrumen dalam pertunjukan Kentrung. Selain yang telah disebutkan sebelumnya, di dalam pertunjukan Kentrung juga terdapat parikan. Parikan adalah sejenis pantun yang dilagukan atau dinyanyikan oleh dalang beserta panjaknya dengan iringan musik sederhana. Parikan juga memuat pesan-pesan moral terhadap masyarakat, Parikan juga memiliki kategori yaitu bagus, cacat dan jelek. 
Contoh parikan Kentrung dengan kategori bagus:
Tuku karet dhuwite ilang ,
Tak baleni sandhale keri ,
Yen kepepet aja sumelang ,
Wis disedhiyani kantor ko­perasi.
( Beli karet uangnya hilang , 
Ketika kuambil sandalku tertinggal ,  
Kalau terdesak janganlah bimbang , 
Sebab sudah disediakan kantor koperasi. )
Contoh parikan Kentrung dengan kategori cacat:
Kembang terong abang ,
Biru moblong-moblong ,
Sak iki wis Bebas ngomong ,
Tapi ojo clemang-clemong .
( Bunga terong berwarna merah ,
Biru mencorong , 
Sekarang ini sudah bebas berbicara , 
Tetapi jangan celometan ).

Kentrung juga memiliki ciri banyolan,  yang berguna untuk mengatasi rasa bosan pe­nonton. Bentuk banyolan ini bisa berupa kritikan secara tidak langsung sehingga menjadi lucu.