Minggu, 05 Mei 2013

Tekhnologi Untuk Budaya Indonesiaku




Dewasa ini budaya yang berkembang di Indonesia, khususnya di pulau Jawa semakin hari semakin mengenaskan, karena budaya – budaya tersebut berada di ambang kepunahan. Ya ternyata tak hanya flora dan fauna saja yang bisa punah, karena tak terawat dengan baik, budaya juga bisa punah jika tak di rawat. Sebetulnya budaya yang ada di Indonesia memiliki nilai seni yang tak terhingga, banyak negara lain yang mengagumi budaya Indonesia, bahkan sampai kagumnya mereka mengklaim kebudayaan asli Indonesia sebagai miliknya, seperti Reog Ponorogo baru – baru ini. Namun sayangnya banyak warga Indonesia yang tak menyadari potensi budaya yang dimiliki bangsa ini, dan ironisnya baru tersadar bila budaya tersebut hendak diakui oleh negara lain.
Terutama di daerah Jawa timur, yang memiliki kebudayaan yang beragam, , contohnya Besutan, Ludruk, Tari Remo, dan sebagainya. Namun yang menyedihkan, hanya orang – orang tua yang sudah sepuh  dan kebanyakan pernah hidup di masa penjajahan saja yang menyukai dan mengenal kebudayaan ini. Memang ada beberapa anak muda yang menyukainya, tetapi perbandingan antara orang tua dan anak muda yang menyukai kebudayaan tersebut sangat jauh, mungkin hanya 100 : 1, para kaum muda kebanyakan lebih memilih ‘nongkrong’ di Cafe, Mall, bahkan dipinggir jalan, karena banyak yang berpikir hal itu lebih keren, daripada duduk anteng didepan panggung sambil menyaksikan pertunjukan ludruk atau kesenian daerah yang lain, bahkan menganggap budaya tersebut kuno, ketinggalan jaman, gak gaul dan sebagainya lagi, karena sudah terpengaruh oleh budaya asing yang kini menyerbu masyarakat Indonesia, khususnya pada kaum muda. Hal – hal semacam itulah yang akhirnya akan menjadi penyebab musnahnya kebudayaan Indonesia.
Perkembangan tekhnologi yang semakin maju, sebenarnya bisa mencegah punahnya budaya negeri ini, seperti situs YouTube yang sangat mendunia, yang bisa ditonton oleh semua orang di bumi ini, situs ini akan sangat bermanfaat bila kaum muda Indonesia mau memanfaatkannya dengan baik sebagai sarana mengenalkan budaya Indonesia milik kita pada negara yang lain. Dengan mengupload video tentang budaya negeri, seperti pementasan Besutan, Ludruk, Remo, pewayangan, batik dan sebagainya ke dalam YouTube, men - share dalam facebook, bahkan twitter yang sekarang semakin populer, sehingga akan semakin banyak anak muda pengguna jejaring sosial tersebut yang akan melihat hasil upload atau postingan budaya tersebut jadi kaum muda yang belum mengenal budaya yang ada di Indonesia bisa mengenalnya dengan baik, dan (semoga) akhirnya mereka mau menanamkan dalam diri mereka rasa cinta terhadap budaya negeri ini, sesuai dengan pepatah “tak kenal maka tak sayang”. Dan juga sarana seperti Blog, website juga dapat mendukung kampanye pengenalan kebudayaan Indonesia pada kaum muda, karena pengguna internet kebanyakan adalah anak – anak muda. Jadi tak ada yang bisa mengatakan bahwa menyaksikan pertunjukan ludruk, tari remo, besutan dan sebagainya adalah kegiatan kuno yang ketinggalan jaman, karena kita menggunakan tekhnologi yang canggih untuk menyaksikannya.
Jadi tekhnologi yang ada bisa menjadi sebuah sarana untuk mengenalkan budaya Indonesia pada para penerus bangsa Indonesia tercinta ini. Sehingga para penerus bangsa tak hanya mempertahankan wilayah bangsa Indonesia saja, tetapi juga budaya dan tradisi yang telah berkembang di setiap daerah di seluruh plosok tanah air ini. Agar tak ada lagi kasus peng – klaiman budaya kita oleh negara lain, dan agar budaya dan tradisi Indonesia tak lagi terancam punah. Itulah manfaat Tekhnologi Untuk Budayaku.

Sabtu, 04 Mei 2013

Kentrung, Kesenian Sastra Lisan





Kentrung merupakan kesenian tradisional sastra lisan yang mewujudkan sarana komunikasi rakyat melalui simbol-simbol yang di­gambarkan lewat penokohan dan kehidupan masyarakat. Selain itu, juga tentang po­litik, ekonomi, idiologi, sosi­al, budaya dan keamanan, dan sebagainya.
Kentrung, merupakan sastra lisan atau teater lisan yang diwariskan dalam bentuk lisan di lingku­ngan masyarakat Jawa. Pertunjuk­an Kentrung dimainkan oleh seorang dalang dan panjak yang mendongeng tanpa menggu­nakan wayang. Musik yang mengiringi kendang dan tamburin serta instrumen lain, se­perti jidor, terbang, templeng dan gong. Kentrung lahir pada masa kemerdekaan Indone­sia, dan dalam masanya merupa­kan seni yang mendidik de­ngan menggunakan cerita. Seni tutur yang sering tampil “lesehan” tersebut digunakan sebagai media penyambung lingkar sejarah rakyat khu­susnya Islam yang berkem­bang di pulau Jawa. Kesederhanaan tampilan kentrung dengan menggunakan baha­sa Indonesia dan dialek da­erah yang mudah dimengerti sehingga ceritanya mudah di­terima masyarakat, khusus­nya masyarakat menengah ke bawah.
Pengertian kata kentrung dibedakan menjadi dua, yak­ni berdasarkan penyingkatan dua kata dan bunyi yang di­keluarkan oleh instrumen. Ada yang mengatakan bah­wa perkataan Kentrung bera­sal dari kata Ngre’ken ( meng­hitung ) dan Ngantung ( ber­angan-angan ). Maksudnya adalah mengatur jalannya dengan berangan-angan. Dan ada juga yang mengatakan berasal dari kata Kluntrang-Kluntrung yang artinya pergi dan me­ngembara kesana kemari. Dari dua pengertian yang lebih mendekati cocok ada­lah pengertian didasarkan bunyi instrumen musik ken­trung yang berwujud rebana yang berbunyi trung. Mengenai pengertian ken­trung bisa bermacam-ma­cam tergantung dari penafsi­ran dalangnya. Kentrung pada zaman du­lu pemainnya hanya duduk mendengarkan Ki dalang bercerita dan terkadang pe­main lainnya nembang, pa­rikan dan berpantun. Dalam perkembangannya kini pemain kentrung sudah bisa berek­spresi memerankan tokoh seperti pemain ludruk dan kesenian ketoprak.

Kentrung saat ini banyak dijumpai di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur khususnya di daerah pesisir timur selatan. Se­lain itu, juga terdapat di pusat daerah, misalnya Suraba­ya, Jember, Pasuruan, Bojo­negoro, Lamongan, Nganjuk dan Jombang. Kentrung sering dimanfa­atkan masyarakat dalam ha­jatan dan pesta sebagai hiburan. Misalnya khitanan, perkawinan, tingkepan, boyongan rumah, ulang tahun istansi. Tetapi dalam perkembangannya kentrung bisa untuk dialok interaktif dalam seminar di perguruan tinggi dan sekolah - sekolah tertentu. Kentrung juga sering di­gunakan acara yang bernu­ansa religius dengan cerita tentang Nabi Muhammad, Nabi Musa, dan Nabi Yusuf, zaman Walisongo dan Ma­taram Islam (Babad Tanah Jawa) dan sebagainya. Kisah lainnya tentang Syeh Subakir, Ahmad Muhamad, Kiai Dullah, Amir Ma­gang, Sabar-subur, Marmaya Marmadi Ngentrung, Ajisoko dan cerita panji.


Kentrung mempunyai be­berapa unsur yang ada di setiap pertunjukan, yaitu :

1.      Dalang, adalah pemba­wa cerita yang sekaligus menjadi pengatur jalan ce­rita. Dalang Kentrung hampir sama dengan dalang wa­yang, kesamaan tersebut dalam hal mengubah karak­ter suara sesuai dengan la­kon yang sedang berdialog. 
2.      Cerita, merupakan un­sur kedua dalam pertunjukan kentrung. Cerita yang biasa diangkat oleh dalang adalah cerita kerajaan, legenda, Wali, Nabi, dsb. 
3.      Instrumen pengiring merupakan hal yang penting dalam membawakan sebuah cerita, karena dengan Instru­men masyarakat tertarik mendengarkan cerita.

Instrumen - instrumen po­kok di dalam setiap pertunjukan Ken­trung, antara lain :

1.      Kendhang Kentrung, adalah sebuah alat yang ber­fungsi sebagai pamurba ( pengendali ) ira­ma dan sebagai variasi lagu atau dengan kata lain bertu­gas mengatur irama dan ja­lannya sajian. Kendhang se­cara ukuran berbeda dengan kendhang Jawa, kendhang Kentrung biasanya berukur­an lebih panjang, Seringkali Dalang berperan ganda de­ngan memainkan kendhang. 
2.      Rebana (frome drum), alat pe­mukul yang lahir dari Jawa Te­ngah ini dari kayu berbentuk bulat dan dibalut dengan kulit kambing, dam berfungsi sebagai variasi instrumen lagu. 
3.      Bonang, tidak semua dalang kentrung mengguna­kannya, alat yang dibuat dari perunggu / kuningan/ besi ini me­rupakan salah satu pelengkap alat instrumen gamelan Jawa. Fungsi aslinya adalah pamur­ba lagu ( pembuka jalannya lagu ) pada beberapa gendhing, bonang digunakan se­bagai penghias lagu dalam pertunjukan Kentrung. 
4.      Panjak, adalah penabuh instrumen dalam pertunjukan Kentrung. Selain yang telah disebutkan sebelumnya, di dalam pertunjukan Kentrung juga terdapat parikan. Parikan adalah sejenis pantun yang dilagukan atau dinyanyikan oleh dalang beserta panjaknya dengan iringan musik sederhana. Parikan juga memuat pesan-pesan moral terhadap masyarakat, Parikan juga memiliki kategori yaitu bagus, cacat dan jelek. 
Contoh parikan Kentrung dengan kategori bagus:
Tuku karet dhuwite ilang ,
Tak baleni sandhale keri ,
Yen kepepet aja sumelang ,
Wis disedhiyani kantor ko­perasi.
( Beli karet uangnya hilang , 
Ketika kuambil sandalku tertinggal ,  
Kalau terdesak janganlah bimbang , 
Sebab sudah disediakan kantor koperasi. )
Contoh parikan Kentrung dengan kategori cacat:
Kembang terong abang ,
Biru moblong-moblong ,
Sak iki wis Bebas ngomong ,
Tapi ojo clemang-clemong .
( Bunga terong berwarna merah ,
Biru mencorong , 
Sekarang ini sudah bebas berbicara , 
Tetapi jangan celometan ).

Kentrung juga memiliki ciri banyolan,  yang berguna untuk mengatasi rasa bosan pe­nonton. Bentuk banyolan ini bisa berupa kritikan secara tidak langsung sehingga menjadi lucu.


Senin, 29 April 2013

Tari Remo



Tari Remo berasal dari Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Tarian ini berasal dari kecamatan Diwek Di desa Ceweng, tarian ini diciptakan oleh warga yang berprofesi sebagai pengamen tari di kala itu, memang banyak profesi tersebut di Jombang, tari remo pada awalnya merupakan tarian yang digunakan sebagai pembuka pertunjukan Ludruk. Namun, sekarang tarian ini sering ditarikan secara terpisah sebagai sambutan atas tamu kenegaraan, upacara - upacara kenegaraan, maupun dalam festival kesenian daerah.
Menurut sejarahnya, tari remo merupakan tari yang khusus dibawakan oleh penari laki – laki. Ini berkaitan dengan lakon yang dibawakan dalam tarian ini yang menampilkan kisah pangeran yang berjuang dalam sebuah medan pertempuran. Cakraningrat dan Sawunggaling adalah tokoh-tokoh bangsawan pejuang legendaris di Jawa Timur dijadikan orientasi perwujudan ide-ide (figur pejuang)tari Ngremo. Tari Ngremo sebagai wujud ekspresi nilai-nilai yang hidup lebih menampakkan sikap tegas, keras, cepat, sigap yang tetap dalam pengcmdalian merupakan ciri-ciri ungkap yang penting. Ciri sikap masyarakat Jawa Timur adalah lugas, spontan dalam bertutur kata, cepat dalam bertindak, mudah marah tetapi cepat juga redanya. Jawa Timur dalam sejarah lebih diwarnai oleh peristiwa heroik membentuk masyarakat dengan temperamen yang keras. Kondisi lingkungan itu terangkat keseluruhan dalam kesenian.  Sehingga sisi kemaskulinan penari sangat dibutuhkan dalam menampilkan tarian ini. Namun seiring dengan perkembangan zaman, kini tarian ini menjadi lebih sering ditarikan oleh perempuan yang disebut tari remo putri.

Ciri karakteristik yang lain ditampakkan pada pemakaian busana tarinya. Interpretasi tentang makna perjuangan menunjuk pada gambaran para pangeran pejuang karismatik setempat pada masa lampau. Busana dari penari Remo ada berbagai macam gaya, di antaranya: Gaya Sawunggaling, Surabayan, Malangan, dan Jombangan. Selain itu terdapat pula busana yang khas dipakai bagi Tari Remo gaya perempuan.
1.      Busana gaya Surabayan :


Terdiri atas ikat kepala merah, baju tanpa kancing yang berwarna hitam dengan gaya kerajaan pada abad ke-18, celana sebatas pertengahan betis yang dikait dengan jarum emas, sarung batik Pesisiran yang menjuntai hingga ke lutut, setagen yang diikat di pinggang, serta keris menyelip di belakang. Penari memakai dua selendang, yang mana satu dipakai di pinggang dan yang lain disematkan di bahu, dengan masing-masing tangan penari memegang masing-masing ujung selendang. Selain itu, terdapat pula gelang kaki berupa kumpulan lonceng yang dilingkarkan di pergelangan kaki.
2.      Busana Gaya Sawunggaling :



Pada dasarnya busana yang dipakai sama dengan gaya Surabayan, namun yang membedakan yakni penggunaan kaus putih berlengan panjang sebagai ganti dari baju hitam kerajaan.
3.      Busana Gaya Malangan


Busana gaya Malangan pada dasarnya juga sama dengan busana gaya Surabayan, namun yang membedakan yakni pada celananya yang panjang hingga menyentuh mata kaki serta tidak disemat dengan jarum.
4.      Busana Gaya Jombangan
Busana gaya Jombangan pada dasarnya sama dengan gaya Sawunggaling, namun perbedaannya adalah penari tidak menggunakan kaus tetapi menggunakan rompi.
5.      Busana Remo Putri

Remo Putri mempunyai busana yang berbeda dengan gaya remo yang asli. Penari memakai sanggul, memakai mekak hitam untuk menutup bagian dada, memakai rapak untuk menutup bagian pinggang sampai ke lutut, serta hanya menggunakan satu selendang saja yang disemat di bahu bahu.
Salah satu ciri khas yang paling utama dari Tari Remo adalah gerakan kaki yang rancak dan dinamis. Gerakan ini didukung dengan adanya lonceng-lonceng yang dipasang di pergelangan kaki. Lonceng ini berbunyi saat penari melangkah atau menghentak di panggung. Selain itu, gerakan selendang atau sampur, gerakan anggukan dan gelengan kepala, ekspresi wajah, dan kuda-kuda penari membuat tarian ini semakin menarik. Juga dari bentuk gerak dari tari Ngremo mempunyai pola-pola gerak yang menggunakan tenaga yang banyak bertumpu pada kaki dengan variasi pada gerak tangan. Sedangkan gerakan tubuh relatif sedikit dilakukan dan terbatas pada pola gerak-gerak tertentu seperti gerakan pada lambung. Gerakan-gerakan tangan cenderung cepat, tegas dan patah-patah, tetapi terkendali oleh sikap tubuh bagian dada yang tegap dan tenang. Pola gerak pada bagian kepala terlihat lebih dinamis karena pola yang digunakan adalah cepat dan patah-patah, pandangan atau sorot mata yang tajam. Dapat dicontohkan di sini adalah gerak iket dan sabetan. lket merupakan bentuk gerak penghubung yang menggunakan pola ruang menyempit dengan garis yang kontras, sedangkan sabetan merupakan pengembangan dari iket dilanjutkan gerakan kaki dengan penggunaan tekanan tenaga yang cepat dan berkesinambungan, dikombinasi dengan gerak kaki kanan terangkat dan bergetar. Dengan demikian bahwa tari Ngremo secara umum mempunyai pola gerak yang bertumpu pada kaki dengan variasi gerak tangan yang dinamis.
Musik yang mengiringi Tari Remo ini adalah gamelan, yang biasanya terdiri atas bonang barung/babok, bonang penerus, saron, gambang, gender, slentem siter, seruling, kethuk, kenong, kempul, dan gong. Adapun jenis irama yang sering dibawakan untuk mengiringi Tari Remo adalah Jula-Juli dan Tropongan, namun dapat pula berupa gending Walangkekek, Gedok Rancak, Krucilan atau gending-gending kreasi baru. Dalam pertunjukan Ludruk, penari biasanya menyelakan sebuah lagu di tengah-tengah tariannya.
Tata Rias dalam tari remo busana terlihat sangat menonjol penampakanya, karena tari Remo merupakan jenis tarian tradisional yang selalu mengindahkan perwujudan karakter khas sebagaimana dikehendaki oleh tema tarinya. tata rias dan tata busana tari remo terdapat dua bentuk perwujudan karakter, yaitu karakter Sawunggaling dan karakterCakraningrat. Kedua tokoh tersebut yang sudah melegenda di wilayah Surabaya khususnya dan Jawa Timur pada umumnya dipakai sebagai orientasi tema tari Ngremo. Dalam cerita - cerita Ludruk kedua tokoh ini seringkali hadir dalam pertunjukannya, utamanya periode setelah kemerdekaan sampai tahun 1980-an. Sebagai perwujudan tokoh, tata rias dan tata busana tersebut adalah sarana untuk mengidentifikasi diri, di mana penari mendapatkan garnbaran wujud untuk mengimajinasikan figur tokoh yang sedang diekspresikan. Selebihnya adalah untuk menunjukkan kejelasan garis-garis kontur wajah. Dengan demikian penonton akan lebih jelas melihat wajah penari dari jarak yang relatif jauh. Namun pada prinsipnya penggunaan bahan untuk meneiptakan kesan tokoh karakteristik tersebut sarna, hanya goresan untuk menimbulkan kesan yang membedakannya. Jadi wajah kedua tokoh tersebut dapat diarnati pada bentuk tata rias sebagaiberikut:
1.      Tata Rias Bentuk Sawunggalingan.
Tokoh Sawunggaling digambarkan relatif masih muda sehingga penampakan wajah kelihatan cerah dan bersih. Alis mblarak yaitu kecil dan tegas, mata tajam dan masih bersinar-sinar. Untuk mendapatkan kesannya, shadow warna coklat muda dioleskan di sudut mata sebagai bayangan. Garis mata menggunakan eye liner untuk menampakkan garis keeil yang tipis. Godeg kecil sejajar dengan mata telinga, wara hitam. Pemerah pipi merah muda dioleskan tipis di pipi bagian atas tidak terlalu melebar. Kumis coretan kecil (femet) dan bibir menggunakan lipstick wama merah muda.
2.      Tata Rias Bentuk Cakraningratan.
Yang membedakan kedua tokoh tersebut adalah tingkat usia dan tempat tokoh berasal. Sawunggaling dari Surabaya dan Cakraningrat dari Madura. Tokoh dari Madura ini digambarkan lebih keras. Penampakan wajahnya diwujudkan dengan goresan rias lebih tebal dan tajam. Alis Mangot (lebih tebal dari Sawunggaling), rose pipi lebih merah dan tebal, godheg rangkap sampai pada jenggot (jambang), kumis lebih tebal dan kadang menggunakan kumis palsu (terbuat dari rambut yang dibentuk menyerupai kumis). Bayangan mata menggunakan shadow gelap, menggunakan celak, dan lipstick lebih merah dan tebal. Visualisasi ini diusahakan untuk mendapatkan kesan karakter yang dewasa, matang, tegas, keras tetapi sedikit lebih tua.


Ludruk



Siapa kini yang tak kenal dengan ludruk, budaya asli dari kabupaten Jombang yang berasal dari kesenian Besutan yang juga berasal dari Jombang, Ludruk telah dikenal sejak zaman pendudukan Belanda, bahkan kata Ludruk masuk kedalam kamus “Javanansch Nederduitssch Woordenboek” karya Gencke dan T. Roorda yang terbit di tahun 1874 dan memiliki makna badutan(lawakan). Kata Badutan sendiri menurut S. Wojowasito telah dikenal di nusantara sejak kerajaan Kanjuruhan, kabupaten Malang di tahun 760 masehi. Saat ini ludruk merupakan suatu pagelaran drama tradisional yang di lakonkan oleh beberapa orang seniman, cerita yang dipentaskan seputar kehidupan rakyat sehari – hari, cerita tentang perjuangan, dan sebagainya, yang diselingi dengan lawakan dan di iringi gamelan sebagai latar musiknya. Sebuah pementasan ludruk biasa dimulai dengan Tari Remo dan diselingi dengan pementasan seorang tokoh yang memerankan "Pak Sakera ", seorang jagoan Madura.
Mungkin banyak yang mengira bahwa kesenian Ludruk sama dengan kesenian Ketoprak yang berasal dari Jawa tengah,  namun sebenarnya Ludruk dan Ketoprak berbeda, hal itu bisa dilihat dari segi cerita yang diangkat. Ketoprak dalam pementasannya selalu menceritakan tentang kisah sejarah Indonesia di masa lalu atau dongeng dengan latar belakang tempat di zaman dahulu, sedangkan ludruk mengangkat cerita dari kehidupan rakyat sehari – hari terutama dari orang kecil yang tak punya banyak kekuasaan di pedesaan. Dan dari segi bahasa yang digunakan dalam ludruk yang menggunakan bahasa Surabaya yang blak – blakan, agak kasar dan terkadang terkesan urakan pastinya jauh beda dengan bahasa yang digunakan di Ketoprak yang menggunakan bahasa masyarakat jawa tengah yang terkesan kalem. Pementasan ludruk biasanya juga diselingi dengan guyonan khas surabaya atau jombang dan beberapa tragedi untuk menarik minat penonton.
Namun ada juga sebuah kesamaan di dalam pementasan dua drama tradisional masyarakat jawa ini, yaitu keduanya memiliki beberapa pesan moral yang ingin disampaikan kepada para penonton.



Gb.2 Ludruk (kiri), Ketoprak (kanan)
Dahulu, Ludruk memiliki sebuah ciri khusus, yaitu semua tokoh dalam pementasan ludruk diperankan oleh laki – laki. Lha terus bagaimana kalau ada tokoh perempuannya ? pasti itu yang bakal terlintas di benak kalian kan.? :D oke aku jawab ^-^, Jadi kalau ada tokoh perempuan dalam lakon yang akan di bawakan ya beberapa seniman yang kebagian memerankan tokoh perempuan didandani ala perempuan. Alasannya karena faktor agama, dalam agama islam, laki – laki dan perempuan kan dilarang berdekatan, jadi Ludruk tidak melanggar batasan dari agama Islam, dan juga Jombang adalah salah satu pusat penyebaran agama Islam di jawa, terbukti dengan banyaknya pondok besar maupun kecil yang ebrdiri di Jombang, seperti almamater saya, Pondok Pesantren Darul ‘Ulum, Pondok Pesantren Tebuireng, Pondok Pesantren Tambak Beras, dan masih banyak lagi. Tapi sekarang, udah ada perempuan yang bermain di dalam pementassan Ludruk.
Cerita yang dibawakan dalam pementasan Ludruk terbagi menjadi dua macam, yaitu cerita pakem dan cerita fantasi. Yang dimaksud cerita pakem adalah cerita yang di pentaskan adalah seputar kisah tokoh – tokoh terkenal di jawa timur, seperti cerita Cak Sakera dan Sarip Tambak Oso, Jaka Sembung(yang namanya banyak digunakan dalam parikan) ,  dan ada juga sawunggaling dan lainnya. Sedangkan cerita fantasi adalah cerita yang merupakan karangan yang biasanya terinspirasi dari kehidupan masyarakat, biasanya agar cerita fantasi tidak terkesan membosankan, tema yang diangkat dalam cerita ini selalu mengikuti perkembangan – perkembangan terkini dalam kehidupan masyarakat. Dan kebanyakan penggemar ludruk lebih menyukai cerita fantasi, itu karena variasi yang ada dalam cerita fantasi lebih banyak daripada di cerita pakem yang haya berpusat pada kisah satu tokoh tertentu saja.
Pementasan ludruk biasanya dimulai dimalam hari, di tanah lapang, sehingga para penonton bisa berbondong – bondong datang tanpa melenguarkan banyak biaya, hanya dengan alas tikar atau koran, penonton sudah bisa menikmati pementasan ludruk yang sangat menghibur, selain itu pementasan ludruk juga bisa jadi ajang silaturahmi dan meningkatkan sosialisasi antar warga yang datang untuk menyaksikan pagelaran Ludruk.
Ok, itulah beberapa informasi tentang kebudayaan Ludruk, semoga bermanfaat menambah pengetahuan pembaca. ^-^ 

Besutan, Budaya pembawa pesan


Sejarah Besutan

                                                Gb 1. Pementasan Besutan
Besutan merupakan salah satu kesenian asli jombang yang sudah ada sejak zaman penjajahan, namun sampai saat ini banyak masyarakat yang tak menegenal Besutan, bahkan warga Jombang sendiri sudah mulai melupakan budaya yang menjadi cikal bakal budaya Ludruk ini. Besutan berasal dari nama tokoh utama kesenian ini, yakni Besut  yang dalam bahasa jawa memiliki arti “mbeto maksud” atau “membawa pesan” dalam bahasa Indonesia. Besutan dipentaskan pertama kali oleh Pak Santik, seorang pengamen jalan, petani, serta abdi dalem di kabupaten Jombang pada tahun 1894 - 1897, pak santik berkeliling dari desa ke desa untuk mengamen Besut, hingga akhirnya besutan terkenal di seluruk pelosok daerah Jombang. Setelah Besutan makin populer ditengah masyarakat saat itu, Pak santik mulai mengajak teman – teman senasib yang juga tengah menunggu musim panen untuk bergabung dalam Besutan. Karena anggota pengamen ini masih 2 orang, cerita yang dibawakan oleh pak santik dan kawannya ini tak jauh dari obrolan problem yang sering dihadapi oleh masyarakat, seperti perbincangan antar laki – laki atau perempuan, kehidupan rumah tangga, dan kisah cinta sepasang kekasih. Di setiap pementasan pak santik selalu mendandani temannya ini dengan riasan wanita. Setelah anggota pengamen pak Santik semakin bertambah, dan memungkinkan untuk membuat alur cerita yang lebih kompleks, akhirnya rombongan pengamen Besut yang digawangi pak Santik mengamen dengan pementasan utuh, dengan lakon Besutan.
Tokoh – tokoh dalam Besutan
Dalam setiap pementasan Besutan selalu ada 4 tokoh yang menjadi pemain utama, yaitu :
1.     Besut
Tokoh Besut merupakan sosok laki – laki yang cerdas, kritis, terbuka dan memilliki jiwa seni.
2.     Rusmini
Gadis cantik yang menjadi kekasih hati Besut, dan tinggal bersama pamannya. Namun kisah cintanya dengan Besut selalu dihalang – halangi oleh Sumo Gambar.
3.     Sumo Gambar
Tokoh Sumo Gambar selalu berperan antagonis, di lukiskan sebagai seorang laki – laki yang berupa buruk, namun memiliki kekayaan yang berlimpah. Sumo Gambar mencintai Rusmini, namun cintanya selalu bertepuk sebelah tangan, karena Rusmini hanya mencintai Besut.
4.     Man Gondo
Paman Rusmini yang selalu berpihak pada Sumo Gambar, karena Sumo Gambar lebih kaya daripada Besut.

Ke – 4 tokoh inilah yang selalu muncul dalam setiap pementasan besutan, tokoh tokoh lain dapat muncul sesuai dengan kebutuhan, atau sesuai dengan alur cerita. Di setiap pementasan Besutan pasti memiliki alur dan tema yang berbeda, namun tetap akan ada jalan cerita dimana terjadi cinta segitiga antara Besut, Rusmini dan Sumo Gambar.
Ritual Pembukaan Pementasan Besutan
Gb 2. Besut Menari dengan heroik setelah obor padam
Besutan membawa beberapa pesan moral dan kritikal pada penjajah yang saat itu menduduki Indonesia yang menjadikan rakyat Indonesia bodoh dan miskin.  Karakter Besut juga merupakan gambaran dari perjuangan melawan bangsa penjajah yang menduduki tanah air.
Pada setiap pementasan Besutan, akan selalu ada sebuah ritual yang berfungsi  sebagai pembuka pementasan dan juga sebagai lambang perjuangan rakyat indonesia, yakni karakter Besut yang berjalan memasuki panggung dengan mata terpejam yang memiliki arti bangsa indonesia tak boleh terlalu banyak tahu, mulutnya tersumbat susur (semacam daun sirih) yang melambangkan bahwa rakyat indonesia dilarang untuk berpendapat, dan berjalan dengan merayap mengikuti kemana obor yang dibawa oleh pemain lain bergerak. Hingga pada satu kesempatan, besut akan melompat dan menyemburkan susur didalam mulutnya menuju obor, hingga obor  tersebut padam. Setelah obor padam, Besut langsung membuka matanya, dan mulutnya terbebas dari susur dan ia pun langsung menari dengan sangat bersemangat. Setelah besut seleai menari, ia akan melantunkan Kidungan (pantun jawa) khas Jombang. Setelah itu baru pementasan besut masuk kedalam lakon yang diangkat.
Dalam ritual pembukaan ini, tokoh Besut menggunakan kostum yang sangat sederhana, yaitu kain putih yang dililitkan ditubuhnya yang melambangkan kebersihan jiwa dan raga, dan sebuah tali lawe yang melilit diperutnya yang melambangkan kesatuan, dan tutup kepala berwarna merah yang melambangkan keberanian. Sedangkan tokoh Rusmini, mengenakan kostum busana khas kabupaten Jombang yaitu , kain jarik, kebaya dan kerudung lepas. Man Gondo menggunakan busana khas jawa timuran dan Sumo Gambar menggunakan kostum khas masyarakat Madura.
Demikianlah, sedikit informasi tentang Besutan, budaya asli Jombang yang hampir terlupakan karena tergerus zaman dan arus globalisasi yang semakin kebarat – baratan dan modern, semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca. Matur Nuhun.. ^-^

Minggu, 28 April 2013

Enumeration 2013 - B - Comp


Postingan kali ini, aku akan menjabarkan sedikit tentang yang aku ketahui seputar Blog Competition atau B - Comp di Enumeration 2013 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Tekhnik Informatika PENS ( Politeknik Elektronika Negeri Surabaya)  ITS untuk tingkat SMA/SMK dan Mahasiswa/umum dengan tema “Tekhnologi Untuk Budayaku”. Tema yang keren untuk competisi yang juga pastinya lebih keren lagi. Budaya Indonesia yang semakin lama semakin tergerus oleh globalisasi dan kebudayaan barat yang semakin lama benar - benar menghilangkan rasa cinta masyarakat Indonesia atas budayanya sendiri, terutama kaum muda, yang menganggap kebudayaan indonesia kuno, ga modern. -_- . padahal malah banyak bangsa asing yang pingin belajar kebudayaan Indonesia, dan beberapa negara bahkan mengklaim beberapa budaya Indonesia sebagai miliknya. 
Okay, balik lagi ke B - Comp, disini ada beberapa persyaratan dan ketentuan dalam Blog Enumeration 2013 :
1.   Peserta wajib menjadi follower Twitter @enumeration2013 dan sudah like Fanspage Facebook enumeration2013
2.      Lomba terbuka untuk umum dan bersifat individu/peorangan.
3.      Peserta adalah Warga Negara Indonesia.
4.  Peserta merupakan siswa SMA sederajat atau mahasiswa/umum yang masih aktif di seluruh perguruan      tinggi baik negeri maupun swasta di Indonesia
5. Peserta bebas menggunakan blog berbayar ataupun gratis (BLOGdetik, blogspot, wordpress, kompasiana, dll).
6.  Di Sidebar atau halaman postingan blog harus terdapat banner event Enumeration 2013(dari panitia) serta wajib mengupdate banner dikarenakan sewaktu-waktu bisa berubah. 
7.  Jika terdapat kata "Teknologi" dan "Informatika", diharuskan mengandung link ke website HIMIT PENS (http://himit.eepis-its.edu).
8.      Blog berisi minimal 3 postingan tentang Budaya Indonesia.
9.  Blog juga berisi isu dari event Enumeration 2013 dengan tema "Teknologi untuk Budayaku", minimal 1 postingan.
10.  Karya peserta harus orisinil.
11.  Minimal tulisan di tiap postingan sebanyak 500 kata.
12.  Postingan ditulis dalam bahasa Indonesia.
13.  Lomba dilaksanakan pada tgl 1 april-2 mei 2013
14.  Peserta harus mematuhi peraturan panitia.
15.  Peserta yang tidak mematuhi peraturan akan didiskualifikasi.
Selain itu juga ada beberapa kriteria lomba, yaitu : 

1.      Penilaian berdasarkan isi postingan yang sesuai dengan tema. 
2.      SEO dengan Keyword "Tekhnologi Untuk Budayaku". 
3.      Kesesuaian desaign dengan tema Enumeration 2013.
4.      Keputusan juri adalah final / tidak dapat diganggu gugat.
Cara pendaftarannya cukup mudah sobat, tinggal registrasi aja di : http://enumeration.eepis-its.edu pendaftarannya dibuka mulai dari tanggal 17 maret sampe 2 mei 2013, ntar disitu bakal ada beberapa panduan, jadi silahkan diikuti aja. Dan semua partisipan akan mendapatkan sertifikat  jadi gak cuma yang menang aja yang dapet, keren kan..? ^-^ , berguna banget buat bekal masuk perguruan tinggi nanti. Dan hadiah buat juara 1 dan 2 keren banget, liat nih :
Juara 1 : Hosting Unlimited (seharga Rp 2.500.000,-) + sertifikat dan trophy
Juara 1 : Hosting 15 GB (seharga Rp 1.500.000,-) + sertifikat dan trophy

Ok, segitu dulu info tentang kompetisi yang lagi aku ikutin, ntar kalo ada perkembangan baru insyaAllah bakal aku posting lagi. Jadi yang berminat ayo segera daftar di http://enumeration.eepis-its.edu.